KAPRAGA 1 : Pengenalan Adat Sawarga Maniloka

Salam Pramuka! Awali hari dengan semangat pagi, mulai hari ini blog ini akan dikhususkan untuk berbagi ilmu pengetahuan dan berbagai hal tentang Gerakan Pramuka yang dibingkai dalam sebuah program Pramuka Penegak dan Pandega yang dinaungi oleh Bidang Kajian Kepramukaan Dewan Kerja Ranting Cidahu tahun 2019 yaitu Kajian Kepramukaan Penegak dan Pandega yang kemudian diakronimkan menjadi KAPRAGA. 

KAJIAN kali ini kita akan memulai dengan Pengenalan Adat Sawarga Maniloka dan apa itu sawarga maniloka akan di bahas tuntas dalam kajian kali ini. 

Adat merupakan kebiasaan dan khas suatu daerah yang mencakup berbagai aturan tak tertulis yang berlaku secara sadar dan ditegakkan bersama oleh seluruh anggota atau masyarakat setempat. Di dalam Gerakan Pramuka adat biasanya merupakan serentetan aturan-aturan yang berlaku untuk mengendalikan perilaku anggota Ambalan atau Racana sehingga tercapailah tujuan Gerakan Pramuka. Setidaknya anggota Gerakan Pramuka tidak melanggar kode kehormatan dan kode etiknya sebagai anggota Gerakan Pramuka.

Untuk memberikan kesempatan belajar dan keleluasaan bagi Pramuka Penegak dan Pandega melatih kepemimpinan maka, secara sadar Gerakan Pramuka mengharuskan kepada setiap tingkatan Kwartir dari mulai Nasional hingga Ranting untuk membentuk satuan gerakan Pramuka Penegak dan Pandega yang disebut dengan Dewan Kerja. Dewan Kerja dimaksudkan untuk melatih jiwa kepemimpinan dan mempersiapkan generasi muda untuk melanjutkan kehidupan roda organisasi Gerakan Pramuka dimasa mendatang. 

Dewan Kerja merupakan badan kelengkapan Kwartir yang secara ex-officio merupakan andalan Kwartir terkhusu bagi Ketua dan Wakil Ketuanya. Dewan Kerja dibentuk melalui Musyawarah Pramuka Penegak dan Pandega Puteri dan Putera yang kemudian diakronimkan menjadi Musppanitra disetiap tingkatan Kwartir. Strukturalnya pun tidak boleh lebih dari 21 (dua puluh satu orang) dan harus ganjil, beda halnya dengan satuan Ambalan dan Racana di Gugus Depan Dewan Kerja tidak dibenarkan satuan terpisah artinya ada komposisi yang mengharuskan adanya keterlibatan putera dan puteri dalam suatu susunan kepengurusan. Apabila ketuanya seorang putera maka wakilnya harus seorang puteri begitu pula sebaliknya, sementara persentase jumlah anggota putera dan puteri di dalam kepengurusan tidak pernah disebutkan hanya saja biasanya persentasenya adalah golongan yakni golongan penegak dan golongan pandega yang nominalnya disepakati dalam Musppanitra. Lebih jelas lagi kita akan bahas tentang Dewan Kerja dalam KAPRAGA berikutnya.

Untuk menerapkan aturan lokal yang sesuai dengan adat kebiasaan warga setempat maka setiap tingkatan Dewan Kerja memiliki adat tersendiri untuk mengatur berjalannya organisasi sehingga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh keadaan setempat. Begitupula dengan Dewan Kerja Ranting Cidahu yang masih jauh dari kesempurnaan dan masih merangkak menghidupkan kegiatan-kegiatan Kepramukaan di wilayah Kwartir Ranting Cidahu Kab. Sukabumi.

Cidahu yang terletak di bagian utara Kabupaten Sukabumi dengan luas 2.916,90 Ha memiliki jumlah penduduk 60.567 (tahun 2010) terdiri 8 (delapan) Desa dan memiliki banyak potensi alam yang berdaya guna untuk meningkatkan tarap kehidupan bermasyarakat. Kini, Cidahu telah bermertamorfosis menjadi wilayah industri dengan banyaknya didirikan industri-industri mulai dari industri air mineral, industri tekstil, dan parawisata. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Gerakan Pramuka untuk memberikan keterampilan bagi generasi muda terutama anggota Pramuka Penegak dan Pandega sehingga siap menghadapi keadaan masyarakat yang berubah secara signifikan.

Menyadari hal tersebut maka Dewan Kerja Ranting serta wilayahnya yang mulai berubah maka misi untuk menyadarkan dan menjaga kelestarian alam dan kehidupan manusia terpautlah dalam satu nama yaitu SAWARGA MANILOKA. Kalimat Sawarga Maniloka tentu sering kita dengar pada sebuah tempat kehidupan para wayang yang senantiasa dimainkan oleh dalang.Sebuah cerita wayang yang sangat fenomenal bagi kehidupan masyarakat sunda yaitu cerita Sastra Jingga dalam cerita tersebut diterangkan bahwa Semar Badranaya tokoh wayang yang diutus ke Bumi menguasai 3 (tiga) alam yaitu alama Sawarga Maniloka, alam Madyapada dan alam Marcapada. Alam Sawarga Maniloka merupakan khiyangan alam para Dewa yang penuh dengan kedamaian. Maka Sawarga Maniloka yang dijadikan nama adat atau Keluarga Besar Gerakan Pramuka Penegak dan Pandega Kwartir Ranting Cidahu adalah simbol dari cita-cita yang tinggi demi terwujudkan masyarakat Cidahu yang damai aman dan sejahtera. Melalui Gerakan Pramuka kami percaya cita-cita dalam membangun bangsa ini akan terwujud dan Pramuka dapat menjadi penyokong kader-kader pemimpin yang akan memimpin bangsa ini dimasa yang akan datang sebagaimana Semar Badranaya yang menjadi pemimpin di kelurahannya dan menjadi penasihat bagi para Dewa.

Selanjutnya akan kita bahas beberapa hal mengenai tata peradatan yaitu semboyan, sandi, lambang, pataka dan pusaka.

SEMBOYAN
Semboyan menurut KBBI merupakan tanda atau alamat yang memberitahukan sesuatu. Semboyan juga dapat diartikan sebagai slogan atau motto seperti sebagaimana Negara Republik Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika. Adapun semboyan Sawarga Maniloka adalah TANDANG! satu kata yang memiliki berbagai makna. Tandang artinya maju ke depan menghadang setiap kejahatan dan ketidakadilan serta memberanikan diri dalam menghadapi setiap tantang yang selalu menerjang setiap saat. Ada kekuatan emosional yang terkandung di dalamnya sehingga setiap di ucapkan kalimat Sawarga Maniloka atau Salam Sawarga Maniloka maka, anggota menjawabnya dengan TANDANG!.

SANDI
Sandi keluarga besar Sawarga Maniloka merupakan ungkapan berisi kode etik dan gambaran pernyataan kata hati, sifat, perilaku, dan tanggungjawab Pramuka Penegak dan Pandega Kwartir Ranting Cidahu. Sandi ini dibacakan pada saat kegiatan-kegiatan Dewan Kerja Ranting dan dibacakan oleh Ketua Dewan Kerja Ranting Cidahu atau yang mewakilinya. Pada waktu dibacakan, Anggota Pramuka Penegak dan Pandega Kwartir Ranting Cidahu berada dalam posisi berdiri dan tangan kanan mengepal setangan leher dan menempelkannya ke dada sebelah kiri yang artinya selama jantung masih berdetak seorang pramuka akan tetap setia kepada Tanah Air Indonesia. Posisi tubuh sikap sempurna dan menghayati.

Sandi ini berbentuk sajak sunda yang dikarang oleh Yayat Hendayana, karena dirasa sangat cocok untuk dijadikan mewakili cita-cita Pramuka Penegak dan Pandega Cidahu.
Sunda Tandang

Geura tabeuh goong maneh jalu
Ngadu handaru jeung sora goong nulian
Malar batur nyarahoeun 
Hideup teh geuning teu pireu

Lain mangsana urang ngadedempes hees

Dina wanci kudu nyaring

Lain wayah urang leah

Balap mandeurikeun maneh
Majar teh da lain eleh

Tong katalikung ku tukang
Mangsa dicangcang kutambang
Beunang ngarara sorangan
Beunang mapaes anu hengker
Hese incah hese lengkah
Dicangreud kusarwa ulah
Akon-akon adiluhung

Geura tabeuh goong maneh jalu
Geus mejeuhna nepak dada
Baheula dicarek soteh
Keur jaman silih eledan
Ayeuna mangsana tandang
Nucicing wayahna nyisi

Puah!
Geura teuneung geura ludeung
Geura nyora sing pertentang
Anjeun mah lain bagejid jalu
Tapi jangkrik siap tarung
Prung!
 

 Lambang

Lambang merupakan simbol kebesaran sebuah organisasi dan menggambarkan cita-cita luhur sebuah satuan.
  1. Warna Kuning melambangkan kejayaan, keemasan dan kebesara
  2. Warna Cokelat melambangkan kekuatan dan dapat diandalkan
  3. Warna Hijau diidentikan dengan alam yang melambangkan ketenangan, kesejahteraan, keagungan, dan kecerdasan.
  4. Warna Hitam melambangkan kedalaman dan kesungguh-sungguhan
  5. Bentuk setir nahkoda melambangkan bahwa Sawarga Maniloka merupakan sebuah kapal yang hendak berlayar dan DKR merupakan nahkoda yang harus mengendalikan kapalnya hingga sampai di tempat tujuan.
  6. 5 (lima) buah pegangan melambang kekuatan dasar untuk menggerakan organisasi sebagaimana asas Gerakan Pramuka yang tertuang dalam Panca Sila.
  7. Dua buah bambu runcing yang merupakan pusaka adat dan salah satu alat perjuangan bangsa melawan para penjajah. Digambarkan menyilang memberikan kesan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat serta keseimbangan alam yang harus dijaga.
  8. 3 (tiga) buah undakan gunung yang melambangkan ketinggian cita-cita dan kedalaman prinsip Gerakan Pramuka serta menjunjung tinggi kode kehormatan Gerakan Pramuka yang termaktub dalam Tri Satya Gerakan Pramuka.
  9.  Satu buah bintang yang berwarna putih melambangkan bahwa Keluarga Besar Gerakan Pramuka senantiasa taat dan patuh kepada Tuhan yang Maha Esa.
  10. Halaman luas berwarna hijau muda merupakan lambang bahwa Cidahu merupakan tanah air yang gemah ripah loh jinawi dengan berbagai potensi alam. Serta Gerakan Pramuka Kwartir Cidahu harus ikut turut menjaga keseimbangan alam tersebut.
  11. Nama Sawarga Maniloka yang melintang di dalam logo merupakan identitas keluarga besar Gerakan Pramuka Penegak dan Pandega Kwartir Ranting Cidahu.
  12. Lambang Tunas Kelapa dan Wosm yang berada diawal dan akhir kalimat Sawarga Maniloka merupakan tanda bahwa adat ini tidak terlepas dari organisasi Gerakan Pramuka secara Nasional dan WOSM secara Internasional.
  13. Lambang DKR di tengah-tengah logo melambangkan bahwa Sawarga Maniloka adalah inisiasi DKR Cidahu dan merupakan kreatifitas DKR Cidahu
Pataka dan Pusaka
Pataka merupakan kibar Cita Keluarga Besar Sawarga Maniloka dengan warna dasar pataka cokelat yang tambah rumbai-rumbai kuning. Serta berukuran 2:3 dari ukuran pataka. Adapun Pusaka merupakan alat atau senjata yang merupakan simbol keberanian dan keharusan warga Sawarga Maniloka. Digunakan dalam setiap kegiatan sebagai hiasan dan simbol dari setiap pembacaan Sandi.

Tampaknya kita cukupkan kajian ini sampai disini, dan tetap ikut blog ini untuk mendapatkan Kajian Kepramukaan selanjutnya.

Sulaeman Daud

Sulaeman Daud, lahir pada 7 April 1996. Asal Sukabumi, Sekarang berdomisili di Kota Tangerang pekerjaaan buruh serabutan nyambi menulis blog biar tetap waras

3 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak